Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara penyidik senior Komisi Pemerantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Muhammad Isnur mengatakan kliennya punya dugaan kuat, pelaku penyiraman air keras yang menyambangi rumahnya belakangan ini mirip dengan sketsa wajah yang beredar. Meski begitu, kata Isnur, Novel tidak pernah bercerita pelaku mana yang menyambangi rumahnya tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dia enggak cerita soal ciri-cirinya. Tapi menurut Novel dia meyakini orang yang diduga kuat sebagai pelaku sesuai dengan sketsa yang dibuat kepolisian dan Majalah Tempo, mungkin salah satunya yang datang,” kata Isnur saat dihubungi, Selasa, 19 Juni 2018.
Baca: Penyelidikan Perkara Novel Jalan di Tempat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isnur mengatakan, Novel juga tidak menceritakan berapa jumlah pelaku yang menyambangi lagi kediamannya. Novel, kata dia, hanya mengatakan pelaku tersebut nampak sedang memantau dari seberang sungai di depan rumahnya. “Sedang memantau atau apa saya kurang tau,” kata pengacara dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ini.
Novel Baswedan disiram air keras oleh dua pelaku tak dikenal di dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017. Penyerangan itu terjadi usai Novel melaksanakan salat subuh di Masjid Al-Ihsan yang berjarak sekitar tujuh rumah dari kediamannya. Mata kiri Novel mengalami kerusakan 95 persen akibat cairan korosif tersebut. Dia harus menjalani operasi di Singapura untuk memulihkan matanya.
Novel mengaku masih mendapatkan ancaman sepulang menjalani operasi mata di Singapura. Dia mengaku melihat terduga pelaku penyerangan berada di seberang rumahnya saat dia baru sampai di rumahnya pada 22 Februari 2018. “Saya pulang hari pertama tanggal 22 Februari, pelakunya di depan situ,” kata Novel sambil menunjuk satu titik di seberang rumahnya yang dipisahkan kali.
Polisi telah merilis sketsa wajah terduga pelaku. Pertama sketsa versi Mabes Polri yang dirilis 31 Juli 2017 dan versi Polda Metro Jaya yang dirilis 24 November 2017. Menurut Isnur, Novel lebih mempercayai sketsa versi Polda Metro Jaya lebih akurat ketimbang buatan Mabes Polri.
Baca juga: Kasus Penyiraman Novel Tak Kunjung Terungkap, Kapolda Diminta Mundur.
Menurut sketsa buatan Polda Metro Jaya, satu terduga pelaku memiliki ciri-ciri berbadan tambun dan pelaku lainnya berbadan kurung tinggi. Pelaku yang berbadan tambun tinggi badannya 164 sentimeter, berumur 40-an tahun, wajah bulat-dagu berat, warna rambut hitam, postur tubuh kekear, kulit sawo matang cenderung gelap dan menggunakan sweater abu-abu.
Sedangkan terduga pelaku yang berbadan kurus, memiliki tinggi badan 173 sentimeter, berumur sekitar 35 tahun, berkulit sawo matang-terang. Bentuk mukanya oval dengan dagu tajam dan hidung lurus. Terduga pelaku itu berambut hitam ikal panjang seleher, menggunakan jaket warna hijau dengan lengan panjang warna terang. Adapun sketsa yang dibuat Tim Koran Tempo, memiliki ciri-ciri yang dengan yang dibuat Polda Metro Jaya.