Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Rawan Bencana, Begini Kesiapsiagaan Warga dan Kepala Daerah

Tanpa mitigasi bencana, kesiapsiagaan, dan pengurangan risiko bencana, dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi besar.

26 Oktober 2018 | 08.51 WIB

Kondisi permukiman warga korban gempa yang telah dibersihkan dari puing-puing bangunan setelah dua bulan lebih pascagempa di Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Selasa, 9 Oktober 2018. Sebanyak 6.061 penerima bantuan stimulan perbaikan rumah rusak berat sudah menerima bantuan tahap pertama. ANTARA/Ahmad Subaidi
Perbesar
Kondisi permukiman warga korban gempa yang telah dibersihkan dari puing-puing bangunan setelah dua bulan lebih pascagempa di Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Selasa, 9 Oktober 2018. Sebanyak 6.061 penerima bantuan stimulan perbaikan rumah rusak berat sudah menerima bantuan tahap pertama. ANTARA/Ahmad Subaidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan statistik bencana makin menunjukkan bahwa Indonesia rawan bencana. Namun, kondisi ini secara umum tidak dibarengi dengan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana-bencana besar. “Belum siap.” Sutopo menyampaikannya melalui dalam keterangan tertulis, Kamis, 25 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sutopo menilai mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana, kata Sutopo, harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tanpa mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana, dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar.

BNPB mencatat selama tahun 2007 hingga 2018, kejadian bencana besar yang menimbulkan korban banyak adalah pada 2009, 2010 dan 2018. Namun jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada 2018 paling besar sejak 2007. "Dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar."

Selama 2018, bencana hidrometeorologi tetap dominan. Angin ribut terjadi 605 kali, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunung api 55, gelombang pasang dan abrasi 33 kali. “Gempa bumi yang merusak 17, dan tsunami satu kali."

Sutopo mengatakan di antara bencana-bencana lainnya, gempa bumi yang merusak dan tsunami memang jarang terjadi. Namun, menurut dia, saat terjadi gempa bumi yang merusak seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus