Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Yosia Deby Septiyawati Hasibuan tak menyangka bisa meraih mimpinya kuliah di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada atau UGM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika pengumuman tiba, Yosia harus melihat layar gawainya berkali-kali untuk meyakinkan dirinya lolos ke UGM lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Kuliah di UGM memang sudah sejak lama menjadi impian Yosia. Meski berasal dari latar ekonomi yang pas-pasan, Yosia tak kecil hati meraih mimpinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empat tahun, kakak Yosia juga bermimpi hal yang sama. Semua jalur masuk mulai dari seleksi nasional berdasarkan prestasi dan tes hingga ujian mandiri dijalani kakak tertua Yosia. Namun sayang, kakaknya tak lolos.
Kegagalan sang kakak itulah yang mendorong Yosia untuk berusaha lebih keras. “Sejak kecil cita-citanya masuk UGM, apalagi kakak juga ingin masuk UGM. Karena kakak belum rezekinya di UGM saya semakin semangat untuk mengejar UGM," ucapnya dilansir dari situs UGM pada Kamis, 3 Agustus 2023.
Pencapaian Yosia membawa kebahagiaan bagi kedua orang tua dan keluarga besar mereka. Apalagi, Yosia ditetapkan sebagai salah satu penerima UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen sehingga dibebaskan dari biaya kuliah.
Keluarga ini memang tidak memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya. Sang ayah merantau dari kampung halamannya di Tapanuli ke Pulau Jawa puluhan tahun lalu. Ayahnya berharap dapat pekerjaan yang layak dengan berbekal ijazah STM.
Namun, ketika masih berada di Jakarta, hingga saat ia pindah ke Kediri pasca krisis moneter 1998, ayah Yosia lebih sering bekerja serabutan. Selama beberapa tahun terakhir ia memperoleh penghasilan dari jual beli barang bekas atau membantu mencarikan barang-barang tertentu dengan komisi seadanya.
Hal itu membulatkan tekad ayah Yosia dan sang istri agar anak-anak mereka bisa menyandang gelar sarjana. Mereka berusaha untuk tetap suportif, meski secara ekonomi masih pas-pasan.
“Kami mendorong anak-anak kuliah, tapi kami juga berharap mereka mengerti kondisi orang tua. Waktu kami tahu Yosia diterima di UGM kami ikut senang, tapi dalam hati takut juga. Tidak menyangka akhirnya bisa mendapat UKT 0, ini berkat yang luar biasa dari Tuhan,” kata Indah, ibunda Yosia.
Tidak mudah bagi Indah untuk melepas anak bungsunya merantau ke kota pelajar, namun ia menyadari langkah berani Yosia akan membawa kebaikan yang besar. Ia tidak punya banyak tuntutan atau ekspektasi yang terlampau tinggi untuk Yosia.
Ia hanya ingin Yosia bisa menjalani studinya di UGM dengan baik dan nantinya memperoleh pekerjaan yang layak atau bahkan hingga bisa membuka klinik sendiri seperti impian Yosia.
“Kami hanya meminta agar anak-anak berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik agar nanti juga bisa membantu keluarga. Harapan kami hanya itu,” tutur Indah.