Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota pramuka di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Baden Powell, Bapak Pandu Sedunia, pada 22 Februari. “Ajaran Baden Powell bersifat universal dan sekaligus menjadi bagian dari pendidikan nasionalisme suatu bangsa,” kata Jana Tjahjana Anggadiredja, Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Dewasa periode 2008-2013.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jana, metode pendidikan kecakapan di alam terbuka merupakan ciri khas kepanduan yang dikembangkan Baden Powell. Peserta didik diajarkan untuk mengatasi tantangan dengan learning by doing di alam terbuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Tokoh Pramuka: Ajaran Baden Powell Relevan dengan Kids Zaman Now
Adhyaksa Dault Menuduh Menpora Imam Nahrawi Menyikat Pramuka
Jana menjelaskan proses itu adalah bagian dari pendidikan karakter. “Pendidikan kepramukaan bila dilakukan dengan benar maka akan mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang mandiri (self reliance), peduli (supportive), setia (committed) dan bertanggung jawab (responsible),” ujar Jana yang merupakan Guru Besar Riset di BPPT dan kini menjadi Tenaga Ahli Pengajar Bidang Sumber Daya Alam, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
Robert Stephenson Smyth Baden Powell lahir di London, Inggris pada 22 Februari 1857. Dia menjadi tentara Kerajaan Inggris yang ditugaskan di berbagai negara Afrika dan India.
Baden Powell menjelajah hutan belantara dan bergaul dengan banyak suku-suku bangsa yang tinggal di hutan. Pengalamannya itu dia tuangkan dalam buku Aids to Scouting dan Scouting for Boys.
Dalam Aids to Scouting, Baden Powell mengajarkan teknik-teknik non-militer (terutama survival) seperti pioneering dan penjelajahan. Ia juga memasukkan perinsip edukasi yang inovatif, disebut scout method (metode kepramukaan) bagi pendidikan untuk remaja. Ia juga berkreasi dengan membuat game-game menarik sebagai sarana pendidikan mental.
Buku tersebut laris di Inggris dan Eropa. Pada tahun 1907, Baden Powell membuat satu perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 remaja London yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya.
Seusai dinas di ketentaraan dengan pangkat letnan jenderal, Baden Powell mendirikan organisasi kepramukaan. Model pendidikan bagi anak-anak dan remaja ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia pada tahun 1923. Tahun 1961, Presiden Sukarno melebur berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah yaitu Gerakan Pramuka.
Jana Anggadiredja menjelaskan pimpinan organisasi Gerakan Pramuka harus berkomitmen agar peserta didiknya (siaga, penggalang, penegak dan pandega) selain berkarakter, juga menjadi kader bangsa.
Oleh karena itu, Gerakan Pramuka harus bisa menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Jadi, ujar Jana, benang merahnya ajaran Baden Powell dengan pendidikan di Gerakan Pramuka saat ini adalah bagaimana ajaran tersebut dapat diakomodasikan pada kondisi kids zaman now.
Dalam arti lain, Gerakan Pramuka tetap menjadi wadah pendidikan karakter dan kader. “Serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa,” kata Jana yang menjadi anggota siaga, penggalang dan penegak dan pandega di Kwartir Daerah Jawa Barat.
Jana mengingatkan pengurus pramuka bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi gerakan dan persaudaraan sehingga model kepemimpinan dalam organisasinya dari tingkat nasional hingga gugusdepan (Gudep) harus bersifat kolektif dan kolegial dengan disertai keteladanan.
Walhasil, tidak ada ruang bagi kepemimpinan kediktatoran dan antikritik dalam mengurus organisasi Gerakan Pramuka karena keteladanan menjadi koridornya dengan prinsip kebersamaan dan kekeluargaan.
Menurut Jana, model kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai kepramukaan menjadi tantangan di kwartir saat ini. Maklum kepentingan ekonomi dan politik yang pragmatis dikhawatirkan merambah di tingkat pusat dan daerah. Pengurus kwartir juga harus melibatkan elemen-elemen kebangsaan lainnya.
Selain itu, ujar Jana yang tahun 1980-an menjadi Ketua Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Jawa Barat, keterlibatan pemerintah secara langsung ataupun tidak langsung sangat penting dalam pembinaan karakter dan kader bangsa.
Jana berharap pemerintah harus tanggap dengan kondisi anak-anak dan remaja saat ini dan melakukan sinergi antara Gerakan Pramuka dengan seluruh elemen yang ada di pemerintahan.
“Namun tetap dengan melaksanakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan Pramuka jangan dibawa pada kondisi di simpang jalan yang diakibatkan ketidakpahaman pejabat pemerintah terhadap bagaimana seharusnya pendidikan pramuka berproses.”
Simak juga:
Adhyaksa Mengganti Lima Pimpinan Pramuka, Begini Alasannya
Petisi Copot Adhyaksa Dault dari Ketua Pramuka Terus Bergulir
Oleh karena itu, ujar Jana, pengelolaan Gerakan Pramuka di kwartir tidak bisa disamakan dengan organisasi kepemudaan dan atau organisasi pendidikan lainnya.
“Back to scouting dengan segala aspeknya adalah upaya yang harus dilakukan Gerakan Pramuka dan pemerintah,” kata Jana yang saat ini menjadi pembina di gugus depan dan pelatih di Kwartir Cabang Kota Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Jana, kekurangan pembina dan pelatih pramuka serta sarana pendidikan harus diantisipasi bersama dengan tidak perlu memanfaatkan jalan yang pragmatis yang pada akhirnya merugikan organisasi.