Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Debat keempat Pilpres 2024 akan digelar pada Ahad malam, 21 Januari 2024. Para calon wakil presiden, yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD akan saling beradu gagasan dalam debat cawapres dengan tema sumber daya alam, masyarakat adat, lingkungan hidup, energi dan agraria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga telah mengumumkan 11 nama panelis di debat keempat Pilpres 2023. Para panelis itu mayoritas terdiri dari akademisi dan beberapa diantaranya praktisi yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil. Berikut adalah profil singkat 11 panelis debat keempat Pilpres 2024.
1. Prof. Abrar Saleng
Abrar Saleng adalah Ahli Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam Universitas Hasanuddin (Unhas). Pria kelahiran Rappang pada 1963 ini menjadi dosen aktif di Fakultas Hukum Unhas sejak 1989 hingga sekarang. Tak hanya itu, dia juga merupakan Guru Besar Hukum Pertambangan Unhas. Ia menikah dengan Suryani Saad Abrar dan dikaruniai enam orang anak.
2. Dr. Arie Sudjito
Arie Sudjito adalah sosiolog pedesaan dan dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat ini, dia juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM untuk masa bakti 2022-2027. Selain sebagai akademisi, Arie merupakan pengamat politik dengan ketertarikan penelitian pada Demiliterisasi dan Desentralisasi, Dinamika Politik Lokal Indonesia, Pengembangan Desa dan Penguatan Ekonomi Lokal, serta Pengembangan Good Governance dalam Konteks Otonomi Desa.
3. Prof. Arif Satria
Arif Satria merupakan seorang Ahli Ekologi Politik yang menjabat sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University 2023-2028. Arif mengenyam pendidikan S1 dan S2 di IPB. Kemudian dia melanjutkan pendidikan S3 di Department of Marine Social Science, Kagoshima University, Jepang. Salah satu penghargaan yang pernah diraihnya, yakni Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Menteri Pendidikan Nasional RI.
4. Dewi Kartika
Dewi Kartika dikenal sebagai Ahli Agraria yang kini juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) periode 2021-2025. Dikutip dari laman landcoalition.org, Dewi Kartika adalah seorang aktivis agraria yang aktif dalam berbagai kampanye pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Pada 2007, dirinya bergabung dengan KPA, sebuah organisasi kerakyatan di Indonesia yang secara konsisten berupaya untuk mewujudkan reforma agraria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
5. Fabby Tumiwa
Fabby Tumiwa adalah Direktur Eksekutif dan ahli strategi transisi energi. Ia merupakan salah satu pendiri IESR pada 2006 dan telah memimpin lembaga tersebut sejak awal berdiri. Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Fabby Tumiwa telah terlibat dalam berbagai kajian dan advokasi kebijakan serta regulasi di bidang energi. Fabby menempuh pendidikan di Teknik Elektro di Universitas Kristen Satya Wacana. Setelah itu, ia mempelajari Tata Kelola Industri Ekstraktif di Central European University dan Kebijakan Energi dan Iklim di Sekolah Fletcher Universitas Tufts.
6. Prof. Hariadi Kartodihardjo
Harjadi Kartodiharjo menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB. Ia dikenal sebagai Ahli Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sebagai seorang guru besar, kontribusinya di dalam bidangnya sangat diakui. Saat ini, beliau memegang posisi sebagai Penasehat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya dalam bidang Kebijakan Tatakelola Pengelolaan Sumberdaya Alam. Selain itu, beliau juga menjadi Tenaga Ahli Kajian Perum Perhutani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
7. Prof. Ridwan Yahya
Ridwan Yahya merupakan Ahli Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Pria kelahiran Luwu, Sulawesi Selatan pada 1968 ini menjabat sebagai Guru Besar Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (Unib). Dia menempuh pendidikan sarjana jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Unhas. Kemudian lanjut S2 di University of the Philippines Los Banos, Filipina. Gelar doktoralnya berhasil diraih dari Kyoto University, Jepang.
8. Rukka Sombolinggi
Rukka Sombolinggi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Dia meraih gelar S1 dari Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan dan melanjutkan studi S2 di Fakultas Ilmu Politik, Chulalongkorn University di Bangkok. Keterlibatannya dalam perjuangan Masyarakat Adat di Indonesia dimulai sejak 1999 ketika dirinya pertama kali bergabung dengan Sekretariat Jaringan Pembelaan Hak-hak Masyarakat Adat (JAPHAMA) di Bogor.
9. Prof. Sudharto P. Hadi
Sudharto P. Hadi yang lahir pada 1954 di Klaten, Jawa Tengah dikenal sebagai seorang Pakar Manajemen Lingkungan. Ia pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Diponegoro periode 2010–2014. Gelar sarjana S1 diraihnya dari FISIP Undip pada 1979. Setelah itu, dia melanjutkan studi di Faculty of Environmental Studies, York University, Toronto, Kanada pada 1989. Sudharto kemudian mengejar program doktoral di School of Community and Regional Planning, University of British Columbia (UBC), Vancouver, Kanada.
10. Prof. Sulistyowati Irianto
Sulistyowati Irianto menjabat sebagai Guru Besar Antropologi Hukum di Universitas Indonesia (UI). Ia telah menjadi staf pengajar di Bidang Studi Hukum Masyarakat dan Pembangunan Fakultas Hukum Universitas Indonesia sejak 1986. Gelar Sarjana Administrasi Negara diraihnya dari Universitas Gadjah Mada. Sedangkan gelar Magister Antropologi Hukum diperolehnya dari Universitas Leiden dan Universitas Indonesia. Selain itu, Sulistyowati Irianto meraih gelar Doktor Antropologi (Hukum) dari Universitas Indonesia.
11. Tubagus Furqon Sofhani
Tubagus Furqon Sofhani adalah Ahli Perencanaan Wilayah dan Pedesaan Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia menempuh pendidikan S1 di ITB Bandung. Kemudian melanjutkan studi S2 di Institute of Social Studies, Den Haag, Belanda. Selanjutnya Tubagus Furqon mengambil studi doktoral di University of Illinois, Illinois, Amerika Serikat
RIZKI DEWI AYU | ANTARA