Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengundang Menteri Terawan Agus Putranto menghadiri konferensi pers virtual tentang Intra-Action Review (IAR) penanganan Covid-19. Konferensi pers akan digelar Jumat, 6 November 2020 pukul 11.00 waktu Eropa Tengah (CET) atau sekitar pukul 17.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"WHO akan menyelenggarakan sebuah konferensi pers untuk mempromosikan pembelajaran terkini demi koreksi dan peningkatan penanganan Covid-19 secara nasional maupun subnasional melalui pelaksanaan intra-action review," demikian tertulis dalam surat yang ditandatangani Asisten Direktur Jenderal Kesiapsiagaan Darurat WHO, Jaouad Mahjour, dikutip Kamis, 5 November 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati membenarkan surat tersebut. Namun ia tak menjawab saat ditanya apakah Menteri Terawan akan hadir secara virtual.
IAR merupakan kajian kualitatif aksi kedaruratan, pembelajaran bersama pemangku kepentingan secara sistematis dan kritis. Tujuannya untuk menganalisis identifikasi kesenjangan, tantangan, dan pembelajaran praktik-praktik terbaik demi meningkatkan perencanaan dan respons Covid-19.
Indonesia menggelar IAR pada 11-14 Agustus 2020. Laporan IAR ditandatangani oleh Achmad Yurianto selaku penanggung jawab. Yurianto ketika itu masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.
Dalam suratnya, WHO menyatakan penyebaran Covid-19 telah menimbulkan tantangan dalam mengelola risiko kesehatan dan dampak-dampaknya. Semua negara menghadapi risiko sistemik, seperti ancaman wabah penyakit yang muncul kembali. Potensi dampak terhadap kesehatan dan sosial ekonomi pun signifikan.
WHO menyatakan penting bagi negara-negara untuk terus berefleksi tentang strategi yang sedang dilakukan selama masa pandemi ini. Jika diperlukan, WHO menyatakan perlu juga untuk menyesuaikan pendekatan yang ditempuh untuk memperkuat kesiapsiagaan dan kapasitas penanganan.
Dengan cara meninjau dan mengadaptasi strategi-strategi penanganan terkini, mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan kurang baik, dan menerapkan yang sudah dipelajari, kata WHO, negara-negara mungkin akan mempunyai kesempatan mengubah jalannya pandemi Covid-19.
WHO menyatakan untuk kepentingan itulah pada 23 Juli 2020 mereka menerbitkan pedoman dan perangkat penyelenggaraan IAR Covid-19. "Itu dalam semangat pembelajaran dan pengembangan yang berkelanjutan," kata Jaouad.
Dalam pertemuan keempat Regulasi Kesehatan Internasional atau IHR (2005) dalam rangka pandemi Covid-19 pada 31 Juli lalu, Komite Darurat mengeluarkan rekomendasi sementara untuk negara-negara anggota agar berbagi praktik terbaik dengan WHO. Praktik terbaik itu meliputi intra-action reviews dan menerapkan pembelajaran dari negara-negara yang sukses memitigasi munculnya kembali wabah Covid-19.
"Dalam kapasitas inilah kami mengundang Anda untuk menghadiri konferensi pers bersama Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Menteri Kesehatan dari tiga negara lain, untuk membagikan pengalaman Indonesia yang telah berhasil menyelenggarakan IAR Covid-19 nasional dan menerapkan pembelajaran kritis yang diidentifikasi selama IAR untuk peningkatan penanganan pandemi Covid-19," tulis Jaouad.
Dari IAR yang digelar Indonesia pada Agustus 2020, ada sembilan ruang lingkup yang dikaji. Ruang itu ialah koordinasi, perencanaan, dan pemantauan; komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat; surveilans, investigasi kasus dan pelacakan kontak; pintu masuk; laboratorium nasional dan jejaring laboratorium.
Kemudian pencegahan dan pengendalian infeksi; tata laksana kasus dan berbagi pengetahuan mengenai inovasi dan penelitian terbaru; dukungan operasional dan logistik dalam rantai pasokan dan manajemen tenaga kerja; dan mempertahankan layanan kesehatan esensial selama masa pandemi Covid-19.
Dalam IAR, tim yang berasal dari beberapa pemangku kepentingan mengidentifikasi tantangan dan menyusun rekomendasi penanganan Covid-19 di setiap ruang lingkup. Untuk ruang lingkup koordinasi misalnya, tim IAR menyebut bahwa komando dan koordinasi penanggulangan Covid-19 belum optimal karena adanya ego sektoral, pergantian struktur komando, serta tidak adanya jadwal pertemuan koordinasi berkala yang sistematis antara multisektor di pusat dan antara pusat dan daerah untuk memantau indikator rencana respons Covid-19.
Kemudian rekomendasi jangka pendeknya misalnya mengkaji respons bidang kesehatan dengan struktur koordinasi, alur komando dan koordinasi serta penjabaran focal point, tugas dan fungsi tim penanggulangan Covid-19 secara lebih jelas berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan.
Lalu pertemuan koordinasi berkala untuk memantau indikator rencana respons multisektor di tingkat pusat dan antara pusat dan daerah serta peningkatan pemanfaatan partner platform; dan aktivasi klaster kesehatan di tingkat pusat dan daerah untuk respons Covid-19.
BUDIARTI UTAMI PUTRI