Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ditanya Penyarungan Pohon, Dedi Mulyadi: Asal Jangan Disembah

Calon wakil gubernur Jawa Barat nomor 4 Dedi Mulyadi ditanya ihwal penyarungan pohon di Purwakarta. Dedi Mulyadi malah senang ditanya hal itu.

13 Maret 2018 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon gubernur-wagub Jawa Barat Deddy Mizwar danDedi Mulyadi. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung- Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi mengatakan tidak merasa terbebani ketika ditanya ihwal alasan dia menyarungi pohon di Purwakarta dengan sehelai kain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ya nggak apa-apa ya saya ditanya itu malah justru senang. Kan kita melakukan sesuatu sesuai dengan etika lingkungan," ujar Dedi seusai mengikuti acara debat publik Pilgub Jawa Barat, di Sabuga, Kota Bandung, Senin, 12 Maret 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sesi debat kandidat itu, pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, ditanya oleh pasangan Sudrajat-Syaikhu ihwal alasan Dedi menyarungi pohon-pohon di Purwakarta dengan kain, yang sekilas tampak lebih mementingkan pohon daripada menyelesaikan masalah kemanusiaan.

Menurut Dedi, bagi yang tidak paham konsep etika lingkungan mungkin saja bisa keliru menilai program yang diluncurkan Bupati Purwakarta itu terkait penyarungan pohon.

"Yang tidak boleh itukan pohon disembah. Mau dikasih sarung atau apapun kan boleh-boleh saja. Daripada dikasih paku, dipasang iklan kan mendingan dikasih kain," katanya.

Dedi mencontohkan, dalam tradisi Sunda zaman dulu pohon petai biasanya diikat dengan tali yang terbuat dari anyaman bambu dan batang padi. Kemudian pohon itu diberi kukusan nasi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut atau aseupan.

Tradisi itu, kata dia, merupakan etika kebudayaan yang berimplikasi terhadap lingkungan. Menurut dia, ketika tidak paham terhadap konsep itu maka tidak akan mengerti pula bahwa antara konsep kebudayaan, lingkungan dan pembangunan tata ruang justru saling berkaitan.

"Ketika melihat teksnya kan ada nggak larangan pohon dikasih kain, dari sisi syar'i. Andai katapun orang yang mengeluarkan hujjah, pasti debatable pasti ada juga kelompok lain yang mengatakan tidak ada problem," ujarnya.

Menurut dia, berbeda pendapat itu biasa di Indonesia. Namun, yang paling utama adalah perilaku pemimpin itu tidak sampai merugikan masyarakatnya.

Sementara itu, Syaikhu mengatakan inti dari pertanyaan yang dia lontarkan terhadap Dedi Mulyadi yakni masalah prioritas yang harus didahulukan seorang pemimpin saat meluncurkan program-program kerjanya.

"Bagi saya itu kaitannya dengan prioritas, lebih bagus saya kira dana (untuk penyarungan pohon) yang sedemikian banyak itu untuk peningkatan SDM, sekolah, kesehatan dan sebagainya," ujar Syaikhu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus