Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Guru Malas Membaca, Literasi Indonesia Rendah

Kurangnya fasilitas buku menjadi penyebab guru malas membaca.

26 Desember 2017 | 19.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo berdialog dengan sejumlah guru saat menghadiri acara puncak peringatan Hari Guru Nasional di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (2/12). ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan salim mengatakan banyak guru yang malas membaca. Ini menjadi salah satu penyebab tingkat literasi Indonesia tergolong rendah.

"Guru-gurunya sendiri malas membaca, jadi bagaimana bisa dipraktikkan siswa," kata Satriwan di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Desember 2017.

Indonesia menempati peringkat rendah dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assessment/PISA). Dari 69 negara, pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika masih menempati peringkat 62, 61, dan 63.

Baca juga: Jokowi Minta Pelajar Islam Indonesia Kawal Gerakan Literasi

Satriwan menuturkan kurangnya fasilitas buku menjadi penyebab pengajar malas membaca. Akibatnya, hal itu menjadi contoh buruk bagi para siswa. Akses literasi guru dan siswa jauh dari sempurna. "Kurang program literasi untuk guru dan fasilitas buku berkualitas," ucapnya.

Konten buku pelajaran yang tidak berkualitas juga masih jadi penyebab anjloknya pendidikan di Indonesia. Buku pelajaran beberapa kali kecolongan konten yang melenceng, seperti konten berbau lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) atau radikalisme. "Artinya, kinerja dari Pusat Kurikulum Perbukuan belum maksimal sehingga buku-buku seperti itu bisa lolos," kata Satriwan.

Baca juga: Muhammadiyah: Literasi Jadi Benteng dari Serangan Radikalisme

Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut, FSGI merekomendasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggalakkan program literasi bagi para guru. Kementerian juga diminta memfasilitasi buku-buku berkualitas untuk para guru dan murid.

Sedangkan terkait dengan permasalahan konten buku, FSGI meminta Kementerian lebih memperketat pengawasan terhadap konten buku pelajaran. Sehingga buku yang diedarkan kepada para siswa memiliki isi yang berkualitas tanpa konten kekerasan, pornografi, dan radikalisasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus