Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, membuat desin rumah ramah difabel, ibu hamil, dan lansia yang sekaligus mencegah penularan Covid-19. Design rumah tersebut dituangkan dalam sebuah buku berjudul Living and Learning in Dignity yang terbit April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsitek yang juga dosen Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya, Gunawan Tanuwijaya mengatakan salah satu desainnya adalah merancang ruang tamu yang terpisah bagi penghuni dan tamu. "Kami melihat pola sosial masyarakat Indonesia yang senang bertamu meskipun dalam masa pembatasan sosial di waktu pandemi," ujar Gunawan yang melakukan penelitian dan menyusun buku Living and Learning in Dignity bersama timnya, dalam acara bedah buku pada Kamis, 29 April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam desain itu, terdapat kaca di ruang tamu untuk tamu dan tuan rumah. Dengan kaca tersebut, diharapkan pemilik rumah tetap dapat berinteraksi dengan tamunya, tanpa khawatir terkontaminasi cairan di udara. Setelah pandemi Covid-19 tertangani, kaca pembatas tadi dapat dilepas.
Ada lagi yang unik dari desain rumah anti-Covid dari Universitas Petra Surabaya, ini adalah letak kamar mandi yang biasanya berada di belakang, kali ini ditempatkan di depan rumah. "Begitu masuk koridor, seseorang harus cuci tangan, cuci kaki, mandi atau berganti baju, maka kamar mandi atau tempat bersih-bersih diletakkan di depan," kata Gunawan.
Desain hunian untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan terakses bagi difabel, ibu hamil, serta lansia, ini dibuat Universitas Petra berdasarkan riset terhadap delapan bangunan selama 2015 hingga 2016. Mereka meneliti berbagai bangunan yang terdiri dari enam rumah, satu apartemen, dan satu sekolah di Bandung, Jawa Barat, dan Surabaya, Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan metode service learning, di mana para mahasiswa yang terlibat dalam penelitian menempatkan diri sebagai penyandang disabilitas.
Pendiri Bandung Independent Living Center atau BILIC yang juga perintis Komunitas Kajian Aksesibilitas Jakarta Barier Free Tourism, Faisal Rusydi mengatakan, bagian utama sebuah hunian terakses bagi penyandang disabilitas adalah kamar mandi atau toilet. Fasilitas ini menjadi penting lantaran sering luput dari perhatian pemilik rumah, padahal memiliki fungsi yang sangat penting.
"Bayangkan di fasilitas publik pun kami sulit mendapatkan toilet yang terakses," kata Faisal Rusydi. Kriteria toilet yang terakses bagi difabel, menurut Faisal, antara lain tersedianya kloset duduk dengan pegangan di kiri kanan (hand rail). Ada pula selang pembersih yang dapat dinaikkan dan diturunkan agar dapat dijangkau oleh penyandang disabilitas.
Bagian terpenting lain yang harus diperhatikan dalam pembangunan kamar mandi adalah bahan yang digunakan untuk membuat lantai kamar mandi. Menurut Faisal, lantai kamar mandi bagi difabel sebaiknya tidak terlalu kasar, tapi juga tidak terlalu licin agar tak membahayakan. "Tekstur lantai kamar mandi menjadi penting, lantaran banyak penyandang disabilitas, khususnya disabilitas fisik yang lebih banyak beraktivitas di lantai," kata Faisal.
#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker
Baca juga:
Difabel Perlu Bergabung dalam Komunitas, tapi Jangan Sampai Terkucilkan