Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setahun telah berlalu sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Corona pertama di Indonesia. Selama masa itu pula, krisis kesehatan nasional menjadi perhatian utama di dalam negeri. Sejumlah inovasi kesehatan pun muncul, mencoba menjadi solusi atau bahkan sekedar memicu sensasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo menghimpun beberapa inovasi kesehatan yang muncul di Indonesia ada masa pandemi Covid-19 ini. Berikut beberapa di antaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kalung Anti Corona
Lima bulan sejak kasus pertama Covid-19 menyerang Indonesia, publik diramaikan dengan kabar adanya kalung anti corona. Bukan sembarangan, khasiat kalung ini diklaim langsung oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian. Kalung antivirus berbahan atsiri alias eucalyptus yang mereka kembangkan itu diklaim mampu membunuh virus influenza sampai Corona.
Bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam video konferensi pers bahkan menyatakan akan memproduksi kalung secara massal. "Kami yakin bulan depan (Agustus) bisa dicetak massal," kata Syahrul dalam video konferensi di kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang diunggah kembali melalui Youtube Kementerian Pertanian pada Jumat, 3 Juli 2020.
Namun, sejumlah pihak mempertanyakan khasiat kalung antivirus ini. Eucalyptus dianggap tak bisa menjadi penangkal langsung dari virus baru yang menyebar di dunia tersebut. Seiring kritik dan kontra yang berjalan, wacana kalung ini kemudian hilang.
2. Obat Covid-19 Buatan Unair
Tim gabungan dari Universitas Airlangga (Unair), Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM pada Agustus 2020 lalu menyebut telah menyelesaikan uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19 untuk pasien yang dirawat tanpa ventilator. Mereka mengklaim obat ini memiliki efektivitas hingga 98 persen.
Ada tiga kombinasi obat yang dihasilkan Unair dan telah mengikuti uji klinis. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydroxychloroquine dan Azithromycin.
Rektor Unair, M. Nasih, mengatakan kombinasi ini menggunakan rujukan dari berbagai jenis obat tunggal yang dipakai di banyak negara termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," dalam konferensi pers di Mabes TNI AD, Jakarta, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Namun pada Oktober, Unair mengisyaratkan akan meninggalkan riset kombinasi obat dan memilih fokus pengembangan vaksin Covid-19. Nasih mengakui kombinasi obat adalah riset jangka pendek yang sudah tak relevan lagi untuk penanggulangan wabah Covid-19.
3. Jamu Buatan Satgas Covid DPR
Satgas Covid yang dibentuk DPR meluncurkan jamu yang dinamai Herbavid-19. Jamu ini menuai polemik. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania, menyebut Satgas Lawan Covid-19 DPR memerintahkan dokter agar memberikan jamu Herbavid-19 kepada pasien.
"Pakai pendekatan kekuasaan, pendekatan politik, berupa instruksi kepada para dokter untuk memberikan Herbavid-19 ini," tutur Inggrid kepada Tempo pada Ahad, 3 Mei 2020.
Menurut dia, instruksi dari para politikus DPR tersebut diberikan sekitar dua pekan sebelum Herbavid-19 mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pakar jamu tersebut menjelaskan bahwa ketika itu beberapa dokter menolak permintaan DPR agar memberikan Herbavid-19 kepada pasien Covid-19.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad membantah bahwa pemberian Herbavid-19 kepada pasien Covid-19 di Wisma Atlet atas instruksi atau tekanan Satgas DPR Lawan Covid-19.
"Kami enggak pernah ada instruksi ke dokter. Mana ada kewenangan intervensi dokter? Kami hanya bagi-bagi (Herbavid-19), siapa yang mau saja. Gratis juga," ujar Dasco saat dihubungi Tempo hari ini, Senin, 4 Mei 2020.
Politikus Partai Gerindra tersebut menuturkan, obat tradisional Herbavid diberikan secara cuma-cuma kepada pasien Covid-19, baik yang dirawat di rumah sakit, puskesmas, maupun karantina mandiri. "Untuk mereka sendiri dan keluarga," katanya.
5. Vaksin Merah Putih
Seiring dengan temuan berbagai vaksin Covid-19 di dunia, Indonesia juga akhirnya ikut menemukan vaksin sendiri. Proyek Vaksin Merah Putih pun muncul. Proyek Vaksin Covid-19 buatan lokal 100 persen ini diketuai oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.
Vaksin ini diharapkan menjadi vaksin tambahan selain sejumlah vaksin lain yang telah dibeli Indonesia sebelumnya, seperti Sinovac, AstraZeneca, hingga Pfizer. Namun proyek vaksin ini saat ini masih berjalan dan baru diharapkan bisa diuji klinis kan pada akhir 2021.
"Ini pengalaman pertama Indonesia membuat vaksin full 100 persen dari nol sendiri, vaksin Merah Putih. Kalau yang lain-lain join, ini lebih mudah. Ini full kita sendiri 100 persen," kata Jokowi pertengahan Februari 2021 lalu.
Vaksin Merah Putih saat ini dikembangkan oleh 6 institusi di Indonesia, yakni Selain itu hadir pula Kepala Lembaga Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.
6. Vaksin Nusantara
Vaksin Nusantara digagas oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Universitas Diponegoro, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi. Belakangan, mereka menyebut vaksin telah memasuki uji klinis tahap kedua. Bahkan, Terawan sesumbar vaksin ini bisa memicu antibodi seumur hidup.
Namun klaim ini langsung dipertanyakan oleh publik. Salah satunya oleh Ikatan Dokter Indonesia. Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Zubairi Djoerban, mengatakan klaim bahwa vaksin tersebut bisa picu antibodi seumur hidup, terlalu dini.
"Saya belum menemukan laporan di jurnal mengenai laporan uji klinik tahap satunya (vaksin nusantara). Belum juga apalagi fase dua, saya juga belum bisa mencari datanya. Jadi klaim yang terlalu dini," kata Zubairi saat dihubungi Tempo soal vaksin Nusantara yang disebut ampuh atasi Corona, Sabtu, 20 Februari 2021.