Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pilkada 2018, Bawaslu Perketat Pengawasan Daerah Dinasti Politik

Bawaslu memastikan akan memperketat pengawasan terhadap daerah pemilihan pilkada 2018 yang diikuti para calon dari keluarga inkumben.

10 Januari 2018 | 09.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel Dodi Reza Alex Noerdin (ketiga kiri) dan Giri Ramanda Kiemas (ketiga kanan) berjabat tangan usai menerima berkas rekomendasi dukungan di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, 7 Januari 2018. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) memastikan akan memperketat pengawasan terhadap daerah pemilihan pilkada 2018 yang diikuti para calon dari keluarga inkumben atau bekas pejabat. “Biasanya akan terjadi politik uang, politik anggaran, atau mobilisasi aparatur sipil negara,” kata anggota Bawaslu, Rahmat Bagja, kepada Tempo, Selasa, 9 Januari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Rahmat, kecurangan serupa terjadi dalam dua kali penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya. Karena itu, Bawaslu akan menggandeng lembaga pemantau, termasuk penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk mengantisipasi pelanggaran di daerah tempat tumbuhnya dinasti politik. “Masyarakat juga harus berani melaporkan kecurangan,” katanya.

Baca juga: Tjahjo Kumolo: Pilkada 2018 Dekat Lebaran, Rentan Politik Uang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pilkada tahun ini, setidaknya enam dari 17 provinsi penyelenggara pemilihan gubernur mulai menunjukkan indikasi pembentukan politik dinasti. Selain di tingkat provinsi, indikasi serupa terjadi di tingkat pemilihan bupati dan wali kota. Sekurang-kurangnya pemilihan di enam dari 154 daerah diikuti calon yang memiliki tali kekeluargaan dengan inkumben.

Belum semuanya resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Pemilihan Wali Kota Serang, misalnya, rencananya diikuti Vera Nurlela Jaman, istri inkumben Tubagus Haerul Jaman—adik tiri Ratu Atut Chosiyah. Adapun dalam pemilihan Bupati Bojonegoro, Mahfudhoh yang juga istri inkumben, Suyoto, akan maju diusung NasDem, PAN, dan Hanura berpasangan dengan Kuswiyanto.

Bawaslu telah memetakan potensi kerawanan semua daerah peserta pilkada 2018. Sumatera Selatan masuk kategori kerawanan sedang untuk variabel kekerabatan peserta pemilihan. Adapun Banten mendapat skor tertinggi untuk variabel kekerabatan. Begitu pula Sulawesi Tenggara, karena salah satu pasangan calon gubernurnya memiliki tali kekeluargaan dengan sejumlah bupati dan wali kota di provinsi tersebut. “Kami mengawasi betul mutasi pejabat di sana,” kata dia.

Baca juga: Calon dari TNI/Polri di Pilkada, Kaderisasi Partai Dinilai Gagal

Anggota Bawaslu Banten, Nuryati Solapari, mengatakan berkembangnya dinasti politik hanya dapat dicegah dengan memperbaiki partisipasi masyarakat. “Rekam jejak dan latar belakang calon harus sampai ke pemilih” kata Rahmat.

Koordinator Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, Robert Endi Jaweng, mengatakan pengawasan atas dinasti politik harus diperluas. Dinasti tidak hanya terjadi di lembaga eksekutif, tapi juga berkembang ke lembaga legislatif alias lintas kamar. “Misalnya, seorang bupati memiliki kakak atau istri yang menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,” katanya.

Dodi Alex Noerdin menampik tudingan mengandalkan jaringan kekeluargaannya untuk memenangi pemilihan Gubernur Sumatera Selatan. Dia mengklaim punya segudang pengalaman, termasuk sebagai Bupati Musi Banyuasin. “Bahkan masyarakat Muba mendukung pencalonan ini,” katanya.

Adapun Ichsan Yasin Limpo tidak dapat memenuhi janji wawancara dengan Tempo. “Bapak masih sibuk,” kata juru bicara Ichsan, Henny Handayani.

DIDIT HARYADI | AHMAD SUPARDI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus