Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Buleleng - Pesta Pelajar Program Organisasi Penggerak 2023 menjadi kegiatan puncak dari pelaksanaan Program Organisasi Penggerak (POP) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama Poetra Sampoerna Foundation (PSF) sejak Oktober 2021. Pada acara yang dihelat, Selasa, 3 Oktober 2023 di Gedung Kesenian Gde Manik Kabupaten Buleleng Bali ini, sekolah-sekolah yang terlibat menampilkan portofolio dari proses pembelajaran P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) para siswa yang selama ini dijalani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu sekolah yang menjalankan POP binaan PSF adalah SMP Negeri 8 Singaraja. Pada pesta pelajar hari ini, kelompok siswa menampilkan kesenian genjek. Genjek adalah kearifan lokal dalam bentuk seni vokal dengan meniru suara alat musik Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui seni genjek, kelompok siswa menyampaikan pesan mengenai bahaya narkoba dan pergaulan bebas. "Dahulu genjek digunakan sebagai hiburan usai panen, tapi sekarang bisa juga untuk pesan sosial," kata Gede Budi, guru SMPN 8 Singaraja yang menjadi fasilitator POP.
Budi menjelaskan proyek seni genjek ini dipilih oleh siswa dalam implementasi P5 dengan tema kearifan lokal. Pada proses pembuatan proyek ini, siswa terlibat langsung dalam penemuan masalah, diskusi hingga memikirkan solusi yang tujuannya untuk mencapai peningkatan literasi, numerasi dan karakter.
Proyek lain yang ditampilkan adalah komik digital. Gusti Bagus, siswa kelas 8 yang menjalankan proyek itu mengatakan menemukan masalah berupa banyak anak-anak muda yang tak hafal dengan genre tari Bali yang biasa ditampilkan dalam upacara keagamaan dan penggunaan tatanan bahasa Bali yang tak sesuai.
"Kami menemukan masalah itu dan berupaya mencari solusi," kata Bagus.
Komik digital buatan siswa SMP di Bali. Dok. TEMPO
Kelompok siswa pun menganalisis masalah dan mendiskusikan solusi agar anak-anak muda bisa mengenal budaya Bali lebih dekat. Salah satu solusinya adalah pembuatan komik digital dengan penggunaan tatanan bahasa Bali yang sesuai.
Proyek lainnya antara lain pengenalan makanan tradisional hingga pembuatan wayang untuk tema kearifan lokal serta pembuatan kerajinan dari sampah plastik untuk tema gaya hidup berkelanjutan. Dari beragam pelaksanaan proyek itu, para siswa mengaku bisa belajar untuk berpikir kritis, kreatif dan bergotong royong.
Program prioritas Kemendikbud
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Nunuk Suryani menjelaskan POP ini merupakan program prioritas kementerian dalam implementasi Merdeka Belajar. Program ini hadir karena melihat banyaknya organisasi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan Indonesia.
"Pemerintah tak bisa sendirian untuk program ini, untuk meningkatkan literasi, numerasi dan karakter butuh kolaborasi semua pihak," kata Nunuk.
Dalam POP ini, targetnya adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidik dengan peran serta ormas yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kualitas peserta didik. Hasil dari POP ini bisa dilihat dari beragam proyek yang dihasilkan siswa, utamanya perubahan karakter siswa selama menjalankan proyek.
Senior Director Putera Sampoerna Foundation Elan Merdy mengatakan pihaknya berkomitmen untuk turut serta dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan PSF dalam POP secara mandiri alias tidak menggunakan APBN.
"Kami mendukung program ini karena kami percaya satu dasar, bahwa literasi, numerasi dan karakter adalah cara meningkatkan kualitas murid-murid kita," kata Elan.
Pada periode ini, PSF memberikan pendampingan POP terhadap lima sekolah di Pulau Bali dan Sulawesi. Lima sekolah itu adalah SMPN 1 Kintamani, SMPN 8 Singaraja, SMPN 1 Payangan, SMPN 1 Tompubulu dan SMPN 4 Sungguminasa.
Pilihan Editor: Nadiem Sebut Banyak Mispersepsi Program Organisasi Penggerak