Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta- Ustad Abdul Somad belakangan ini menjadi pembicaraan publik ihwal deportasi yang dilakukan petugas imigrasi Hongkong saat dia hendak masuk ke negara tersebut. Deportasi tersebut dinilai aneh karena karena Ustad Somad belum mendapatkan klarifikasi yang jelas soal penolakan petugas imigrasi Hongkong tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penolakan tersebut bukan yang pertama bagi Abdul Somad. Sebelumnya, penceramah kondang ini juga sempat ditolak untuk berceramah di Bali. Berikut sejumlah fakta mengenai Abdul Somad dan kiprahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ditolak di Bali
Pada 8 Desember 2017 para anggota organisasi masyarakat di Bali, merangsek Hotel Aston Denpasar, di mana Ustad Somad sedang melakukan ceramah. Menurut Kepala Kepolisian Resor Denpasar, Komisaris Besar Hadi Purnomo, masalah tersebut merupakan miskomunikasi. Anggota ormas tersebut tersulut informasi simpang siur mengenai profil ustad tersebut. Meski sempat ditolak, akhirnya Abdul Somad bisa tetap berceramah di sana.
Dideportasi dari Hongkong
Abdul Somad bersama dua asistennya, Dayat dan Nawir tiba di Hong Kong International Airport pada 24 Desember 2017 pukul 16.00 waktu setempat. Di tempat yang terpisah dia diperiksa oleh otoritas bandara selama 30 menit. Kemudian dia ditolak masuk negara tersebut dan dipulangkan ke Indonesia dengan alasan yang tidak jelas.
Penolakan hak otoritas Hongkong
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan sesuai hukum internasional, pihak otoritas Hongkong memang tidak ada kewajiban memberikan penjelasan mengenai alasan penolakan masuk terhadap Ustad Abdul Somad ke wilayahnya.
Kartu nama Rabitah Alawiyah
Saat diperiksa oleh otoritas Hongkong, petugas menemukan kartu nama bertuliskan Rabitah Alawiyah. Menurut laman resminya, merupakan organisasi Islam yang berkecimpung di dunia dakwah dan pendidikan. Organisasi yang dibentuk dari tahun 27 Desember 1928 ini merupakan bentukan dari Sayid Ali bin Ja’far Assegaf dan Sayid Syech bin Ahmad nin Syihabuddin. Ormas ini juga dikenal sebagai wadah ikatan habaib. Kartu nama tersebut sempat dipertanyakan oleh otoritas Hongkong.
Pelajar Berprestasi dan Penceramah
Abdul Somad medapatkan beasiswa dari Pemerintah Mesir di Universitas Al Azhar dan mendapatkan gelar Lc (Licence) pada tahun 1988. Kemudian di tahun 2004 dia menempuh pendidikan di Institut Dar Al Hadis Al Hassania, yang merupakan beasiswa dari Kerajaan Maroko.
Nama Abdul Somad disebut-sebut belakangan ini berkat video ceramahnya yang beredar luas di media sosial. Kajian-kajiannya tajam dan menarik sehingga membuat banyak orang suka dengan ceramahnya. Penyampaiannya lugas dan sederhana sehingga mudah dicerna para pendengar. Tak jarang pula topik ceramah yang disertai guyonan segar itu viral.